Santri sebagai Pondasi, Arti Bagi Negeri
Santri bukan hanya pelajar kitab, tetapi juga penjaga makna bagi agama, bangsa, dan sesama. Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, santri telah memainkan peran sentral sebagai penjaga nilai, penyampai ilmu, dan penggerak perubahan. Santri bukan hanya individu yang mendalami ilmu agama di pesantren, tetapi juga simbol dari generasi berilmu yang memiliki komitmen tinggi terhadap kebaikan dan kemaslahatan. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan kedisiplinan, keikhlasan, serta akhlak mulia. Ketiga hal itu, karena santri dibekali dengan ilmu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Q.S Al-Mujadilah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini menjadi bukti bahwa ilmu adalah anugerah yang tidak hanya meninggikan derajat seseorang di dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju keberkahan dan manfaat bagi sesama. Namun, ilmu akan membawa kemuliaan apabila diiringi dengan keyakinan terhadap nilai dan peran ilmu itu sendiri. Di zaman modern ini, banyak orang berlomba mengejar ilmu, namun tak sedikit pula yang melupakannya setelah meraih gelar. Ilmu yang seharusnya menjadi cahaya kehidupan justru terabaikan fungsinya. Padahal Rasulullah pernah bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Hadits tersebut menegaskan bahwa tujuan utama ilmu bukan hanya untuk memperkaya diri, melainkan untuk menghadirkan manfaat bagi sekitar. Dengan keyakinan yang kokoh terhadap ilmu, seseorang akan terdorong untuk tidak hanya memahaminya secara teoritis, tetapi juga mengamalkannya sebagai bentuk ibadah sosial.
Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis akan mengulas bagaimana keyakinan terhadap ilmu mampu membentuk pribadi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan kemaslahatan di tengah masyarakat. Dengan pondasi keilmuan yang kuat dan nilai spiritual yang kokoh, santri memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang memberi warna dalam pembangunan bangsa. Maka dari itu, penting untuk menggali lebih dalam bagaimana keyakinan terhadap ilmu yang dimiliki santri mampu membentuk pribadi yang tak hanya cerdas, tetapi juga membawa arti bagi negeri.
Santri dan Keyakinan terhadap Ilmu sebagai Ibadah
Santri bukan sekadar pelajar kitab, tetapi juga pejuang ilmu yang sadar bahwa ilmu adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Keyakinan ini bukan sekadar kepercayaan terhadap pentingnya ilmu, tapi bentuk penghambaan yang meyakini bahwa belajar adalah ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”
Santri diajarkan bahwa setiap aktivitas dari membaca kitab hingga membersihkan masjid adalah bagian dari proses pembentukan pribadi yang utuh. Dengan landasan spiritual ini, santri belajar tidak hanya untuk pintar, tetapi untuk benar, lurus niat, dan siap membawa manfaat bagi umat.
Dari Ilmu ke Amal: Santri sebagai Aktor Perubahan
Ilmu yang diyakini santri tidak berhenti di ruang kelas pesantren. Justru, ilmu itu dihidupkan dalam amal dalam berdakwah, mengajar, membantu masyarakat, bahkan berkontribusi di ranah sosial-politik. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.” Contoh nyata bisa kita lihat dari sosok Prof. B.J. Habibie, ilmuwan dan presiden Indonesia ketiga. Ia bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi menggunakan ilmunya untuk membangun industri dirgantara Indonesia.
Sebut saja KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, yang menjadikan pesantren sebagai pusat kebangkitan nasional. Mereka tidak hanya menguasai kitab, tetapi juga menjadikan ilmunya sebagai jalan perjuangan. Hari ini, kita menyaksikan banyak santri tampil sebagai pemimpin, akademisi, inovator sosial karena mereka memegang prinsip: ilmu harus menjadi solusi bagi umat dan negeri. Demikian pula Ibnu Sina, seorang ilmuwan Muslim abad ke-10, yang bukan hanya ahli dalam ilmu kedokteran, tetapi juga menulis karya-karya yang menjadi rujukan dunia selama berabad-abad. Ia belajar dan berkarya dengan kesadaran bahwa ilmunya adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk umat.
Tantangan Era Digital: Santri di Tengah Arus Globalisasi
Di era digital ini, santri menghadapi tantangan besar. Ilmu mudah diakses, tetapi semangat menuntut ilmu dengan niat yang tulus kian memudar. Banyak yang belajar hanya demi eksistensi, bukan pengabdian. Di sinilah nilai-nilai pesantren menjadi benteng: keikhlasan, kesederhanaan, dan tanggung jawab terhadap ilmu. “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama, memperdebatkan orang-orang bodoh, atau menarik perhatian manusia, maka ia di neraka.” (HR. Ibnu Majah, sanad hasan). Oleh sebab itu, pribadi yang berilmu dan yakin terhadap ilmunya tidak akan sibuk mencari validasi dari manusia, melainkan fokus pada manfaat dan keberkahan ilmunya di dunia dan akhirat.
Santri adalah pribadi yang berdiri di atas fondasi ilmu dan iman. Dalam setiap doa dan disiplin yang dijalani di pesantren, tumbuh kesadaran bahwa ilmu adalah amanah, bukan sekadar pencapaian pribadi. Ketulusan dalam menuntut ilmu dan keyakinan bahwa belajar adalah ibadah menjadikan santri lebih dari sekadar pencari ilmu. Mereka adalah penjaga nilai, penyebar manfaat, dan penggerak perubahan.
Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, negeri ini membutuhkan pribadi-pribadi berjiwa santri: yang sabar dalam proses, jujur dalam niat, dan kokoh dalam sikap. Santri yang yakin terhadap ilmunya akan melahirkan amal, dan dari amal itu akan tumbuh arti bagi negeri. Semoga generasi santri masa kini mampu terus menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan nilai. Dengan semangat keilmuan yang terjaga oleh keimanan, santri akan terus menjadi pondasi yang memberi arti bagi agama, bangsa, dan kemanusiaan.
---
Penulis: Zaskia Herlia Ramadhani (Aspi 5A)