Pondok Pesantren Menghadapi Majunya Dunia

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Secara etimologi pondok pesantren adalah gabungan dari dua kata yaitu “Pondok” dan “Pesantren”. Kata pondok diambil dari bahasa Arab “funduq” yang artinya ruang tidur atau wisma. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang menunjukkan tempat, sehingga menjadi “pe-santri-an” yang berarti “tempat para santri”. Jadi, pondok pesantren berarti ruang tidur atau wisma yang merupakan tempat tinggal para santri. Sedangkan secara terminologi pondok pesantren menurut seorang ahli yakni Imam Zarkasyi yang merupakan pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, mengartikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya (Hamzah, Amir. 1996: 5). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pondok pesantren merupakan tempat para santri atau majlis ilmu dalam mempelajari, memahami, mendalami, menghayati serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan dibimbing oleh kyai.
Pondok pesantren memiliki lima elemen pokok, yaitu: kyai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab klasik. Lima elemen tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Elemen pertama yaitu kyai serta ustadz atau ustadzah yang merupakan ahli ilmu agama Islam yang mengajarkan serta mendidik para santri agar memiki bekal ilmu agama serta akhlak yang terpuji. Kedua, santri yang merupakan murid kyai atau orang yang datang ke pondok pesantren untuk menuntut ilmu agama kepada kyai dengan harapan mendapatkan ilmu yang berkah. Santri sendiri berasal dari kata “San” dan “Three”, san diambil dari ujung kata hasan (dalam bahasa Arab berarti baik) dan Three (dalam bahasa Inggris berarti tiga) maksudnya tiga hal yang merupakan pondasi agama yakni iman, islam dan ihsan. Kedua kata tersebut digabungkan dan memiliki makna bahwa Santri adalah seorang yang berusaha menjadi baik dalam tiga hal yakni iman, islam dan ihsan. Kemudian elemen yang ketiga adalah masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah serta pusat
pendidikan di pondok pesantren yang digunakan kyai untuk mentransfer ilmunya serta mendidik para santrinya. Elemen keempat yaitu pondok atau asrama sebagai ciri khas pesantren dan merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Dan elemen kelima adalah kitab-kitab klasik seperti Nahwu Shorof, Fiqih, Ushul Fiqih, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf, Akhlak, serta Tarikh dan balagah, kitab-kitab tersebut diajarkan oleh kyai kepada santrinya.
Sejarah pondok pesantren sendiri tidak bisa dilepaskan dengan masuknya islam ke Indonesia. Jauh sebelum adanya sistem pendidikan formal, pondok pesantren telah diterapkan secara luas di Indonesia. Konon pondok pesantren berawal dari kyai yang mengajarkan ilmu agama kepada seorang santri, lama kelamaan banyak orang yang berbondong-bondong ingin menuntut ilmu agama pula kepada kyai tersebut, sehingga para kyai membuat pondok sebagai majlis ilmu dan para santrilah yang mempopulerkan istilah pondok pesantren sehingga tersebar luas di Indonesia.
Dahulu memang pondok pesantren identik dengan mempelajari ilmu agama saja. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kehidupan memasuki era globalisasi, peradaban dunia semakin maju, teknologi semakin canggih dan berkembang pesat. Hal tersebut menuntut eksistensi pondok pesantren dalam mencetak generasi millenial islam yang tidak hanya berkompeten dalam bidang keagamaan saja, melainkan berkompeten pula dalam segala bidang lainnya, seperti ekonomi, kesehatan, politik, sosial budaya, teknologi dan pendidikan. Penulis berpandangan hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pondok pesantren masa kini. Sebagai tantangannya, pondok pesantren harus bisa lebih inovatif, kreatif dan pandai menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tetapi tidak menghilangkan kelima elemen pokok sebagai ciri khasnya. Sedangkan peluangnya, Pondok Pesantren dapat membuka jalan bagi generasi millenial islam yang jika sukses berkompeten di segala bidang maka islam akan kembali berjaya dan mencapai masa keemasannya dengan melahirkan kembali Ar-Razi, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Jabir Ibn Hayyan dan ilmuwan-ilmuwan islam hebat lainnya dengan wajah-wajah baru dalam kehidupan di era globalisasi ini.
Berbagai usaha dilakukan oleh pondok pesantren untuk menjawab tantangan zaman yang semakin maju tersebut. Yang awalnya di pondok pesantren hanya
mempelajari ilmu agama seperti kitab-kitab klasik saja, kini pondok pesantren pada umumnya menerapkan program terpadu yakni pendidikan agama serta pendidikan umum seperti ilmu sains, sosial dan kejuruan. Metode pembelajarannya pun yang sebelumnya menggunakan metode yang bersifat individual dan informal yang disebut sorogan, yaitu santri menghadap ustadz seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Serta ditambah dengan metode pembelajaran wetonan atau bandongan yaitu sistem pembelajarannya seperti kuliah dimana Kyai membacakan kitab dan santri menyimak serta mencatatnya. Dari kedua metode pembelajaran tradisional ini, memang baik diterapkan dan masih dilakukan sampai sekarang. Inovasi yang baru pada zaman sekarang yakni metode pembelajaran klasikal seperti sekolah pada umumnya dengan menerapkan pula metode problem solving yaitu metode pemecahan masalah atau kasus yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan berdiskusi sesama santri. Selanjutnya, perkembangan pondok pesantren dari segi fasilitas, pondok pesantren tradisional masih sederhana dan kurang memadai, kini pondok pesantren dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti perpustakaan, laboratorium komputer beserta internetnya, laboratorium fisika, biologi, kimia maupun bahasa dan lain sebagainya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren.
Pondok pesantren juga telah menunjukkan eksistensinya dalam melawan dampak negatif pada era globalisasi, seperti: kenakalan dan pergaulan bebas pada remaja, terpengaruhnya budaya luar yang kurang baik, lunturnya budaya gotong royong, sikap individualistik serta pola hidup komsumtif dan lain sebagainya. Karena disamping mempelajari ilmu agama yang kini dipadukan dengan ilmu umum, pondok pesantren juga menanamkan dan sangat mengedepankan pendidikan karakter, tataran etika, moral dan tingkah laku serta nilai-nilai islami. Di pondok pesantren pula menerapkan prinsip-prinsip kemandirian, kedisiplinan, kesederhanaan, kebersamaan, pengorbanan serta persaudaraan. Tujuan dari itu semua agar mencetak generasi millenial Islam yang tidak hanya sukses dalam menghadapi tuntutan zaman yang semakin maju, tetapi juga memiliki akhlakul karimah dan selalu menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.
Eksistensi pondok pesantren juga dapat dilihat dari para alumni pondok pesantren yang telah sukses dalam bidangnya masing-masing dan menjadi inspirasi banyak orang, seperti : KH. Abdurrahman Wahid yang merupakan mantan presiden
Republik Indonesia, KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU, Habiburrahman El Shirazy seorang penulis terkenal dan masih banyak yang lainnya. Mereka menjadi inspirasi para santri masa kini sebagai generasi millenial Islam agar selalu optimis bahwa lulusan pondok pesantren juga bisa sukses tidak hanya menjadi seorang da’i atau penceramah, tetapi juga bisa menjadi penjabat, dokter, penulis bahkan presiden dan lain sebagainya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju dan eksistensinya tetap baik dalam mencetak generasi millenial Islam yang sukses dan berakhlakul karimah.