Ngaji dan Kuliah Buat Apa ?

Dalam hati dan pikiran kita pernahkah terucap “Apasih niatku melakukan ini? Apakah ini bermanfaat dan diridhoi oleh Allah? Apa tujuan akhir yang hendak ku raih?”
Pada dasarnya segala sesuatu haruslah diawali niat yang baik agar kita terhindar dari kesia-siaan.
Rasulallah صلى الله عليه وسلم bersabda,
انما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرى مانوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه.
“sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju”. (HR. Bukhari no.1 dan Muslim no.1907).
Hal yang paling mendasar ini mungkin seringkali kita lupakan padahal berdampak besar pada apa yang hendak dilakukan. Kita melakukan aktivitas ini, itu dan sebagainya tanpa mengharapkan ridha-Nya tanpa mengharapkan yang terbaik dari Allah سبحنه وتعالى. Kita berkegiatan ini, itu dan sebagainya cenderung hanya mengharap sesuatu yang bersifat duniawi saja.
Ketika kita makan dan minum, apa yang kita niatkan? Jika hanya berniat mengisi perut agar kenyang, sungguh kerugianlah yang kita dapatkan. Namun jika kita niatkan “aku makan dan minum agar tubuhku sehat dan kuat sehingga aku lebih bersemangat beribadah kepada Allah,” nah, ini niat yang keren!
Ketika kita membaca atau menghafal Al-Qur’an di masjid, atau mengikuti program ODOJ, ODOA, di whatsapp misalnya atau ikut program Tahfidz di manapun, apa yang kita niatkan? Jika berniat hanya menghabiskan target bacaan atau sekedar menghafal saja, sunggguh merugi diri kita. Padahal seharusnya kita dapat memahami makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an, sehingga dengannya akan merubah hidup kita!
‘Aisyah رضي الله عنها pernah ditanya tentang akhlak Rasullah صلى الله عليه وسلم, maka beliau pun menjawab, “ Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur’an.”
Jika kita meniatkan membaca Al-Qur’an agar hati kita lebih khusyu’ dalam beribadah, kita ingin mendapatkan kemuliaan darinya, kita ingin mendapatkan hikmah-hikmah darinya serta mengamalkannya isi Al-Qur’an tersebut. Maka ini adalah niat yang sungguh mulia.
Bahkan dalam contoh kecilpun kita sudah diberikan contoh oleh Rasulallah صلى الله عليه وسلم yakni ketika kita selesai makan lalu berdo’a.
الحمدلله الذي اطعمني هذا ورزقنيه من غير حول مني ولاقوة
“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku”.
Saat hendak berdoa setelah makan itu, bisa kita niatkan agar dosa-dosa kita diampuni. Karena Rasulallah صلى الله عليه وسلم bersabda,
من أكل طعاما فقال الحمدلله الذي اطعمني هذا ورزقنيه من غير حول مني ولاقوة. غفرله ماتقدم من ذنبه
“Barangsiapa setelah makan kemduian membaca mengucapkan “ Alhamdulillahilladzi ath’amani haadza wa rozaqonihi min gairi haulin minni wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku) maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Dawud no. 4043, Tirmidzi no.3458, Ibnu Majah no. 3285 dan Ahmad 3: 439. Imam Tirmidzi, Ibnu Hajar dan ulama lainnya menghasankan Hadits ini sebagaimana disetujui oleh Syaikh Salim bin I’ed Al Hilali dalam Bahjatun Nazhirin, 2: 50)
____________________________
Kemudian di zaman sekarang banyak orang yang memilih untuk ngaji di pesantren maupun di sekolah, kuliah atau orang tua yang memilih menyantrenkan dan sekaligus menyekolahkan anaknya atau salah satunya. Dari kecil, hingga sekarang dan sampai tamat di pesantren atau sekolah nanti orang tua kita tetap bersemangat mendorong anak-anaknya baik itu dengan do’a ataupun hartanya. Sungguh hal itu adalah duniawi jika tak ada niat mulia. Oleh karena itu sudah sepantasnya saat kita menjadi santri di pesantren, kuliah di universitas atau sedang belajar duniawi di manapun itu tempatnya, maka niatkan semuanya (belajar pendidikan itu) untuk meraih ridha orang tua kita. Membuat bahagia mereka, membuat hati mereka senang.
Rasulallah صلى الله عليه وسلم bersabda,
رضى الله في رضى الولدين وسخط الله في سخط الولدين
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (HR. Tirmidzi no.1899, Hasan)
Saat orang tua kita bahagia, tersenyum, hati mereka senang, akhirnya mereka ridha pada kita. Sehingga kita dapat meriah ridha Allah pula, dan mendapatkan syurga-Nya lewat pintu kedua orang tua kita ini. oleh karenanya sekali lagi luruskan niat kita gaji dan Kuliah ini agar semuanya tak berujung kesia-siaan dan kesedihan.
Kita juga bisa niatkan saat atau telah lulus Ngaji (belajar ilmu Islam) dari pesantren yang dengannya kita dapat memberikan cahaya, menebar manfaat pada masyarakat sekitar agar lebih memahami ilmu agama islam serta bersemangat dalam ibadah hingga dapat terbentuk peradaban yang islami, selain itu juga misalnya saat lulus dari keilmuan Sastra Arab nya, ia mampu mengajarkan ilmu tata bahasa Arab yang baik dan benar sehingga dengannya Masyarakat akan bersemangat untuk belajar, dan memahami isi kandungan Al-Qur’an. Begitupun saat lulus dari keilmuan duniawi, misalnya keilmuan Matematika Yang dengannya mampu membantu para pedang dalam hal hitung-menghitung atau juga dalam memcahkan permalasalahan seperti pemecahan malasah mengukur jarak jalan, pemecahan masalah dalam membangun rumah dan sebagainya.
Jadikanlah tiap-tiap yang kita lakukan ini memiliki niat yang mulia, sebaik-baik niat ialah niat ukhrawi. kita niatkan ngaji ini, kuliah ini dan segala aktivitas kita untuk meraih ridha Allah, rendahkan hati dan barengi Allah disetiap aktiviatas kita. Tunjukkan semua yang kita lakukan ini semata-mata untuk bertemu Rabb kita di syurga kelak.
Sumber dalil