Buletin

Belajar Untuk Memberi Arti Bukan Sekadar Mengerti

Di tengah derasnya arus informasi dan perubahan zaman, ilmu bukan lagi sekadar alat untuk memenuhi kewajiban akademik, melainkan fondasi utama dalam membentuk pribadi yang bernilai dan bermanfaat bagi sesama. Keyakinan terhadap ilmu adalah kepercayaan mendalam bahwa pengetahuan mampu mengubah kehidupan bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar. Keyakinan inilah yang menjadi titik tolak terbentuknya individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berguna.

Keyakinan terhadap ilmu bukan hanya tentang rajin belajar atau mendapatkan nilai yang bagus itu adalah sikap batin yang melihat ilmu sebagai cahaya yang menerangi kegelapan.  Orang yang percaya pada ilmu akan selalu ingin belajar karena mereka tahu bahwa dunia selalu berubah dan mereka harus tumbuh bersamanya.  

Dengan perspektif ini, seseorang dapat mengembangkan sifat-sifat seperti ketekunan, rendah hati, dan kemampuan berpikir kritis, yang masing-masing memiliki kemampuan untuk membawa perubahan positif. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadila: 11)

Lihatlah para tokoh besar dunia seperti Ibnu Sina di dunia kedokteran, Albert Einstein di bidang fisika hingga Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan. Mereka tidak hanya menguasai ilmu, tetapi benar-benar percaya pada kekuatan ilmu sebagai jalan untuk menebar manfaat.

Kepercayaan itu memotivasi mereka untuk tidak hanya mempelajari ilmu, tetapi juga menyebarkannya, menerapkannya, dan membagikannya pada masyarakat. Ki Hajar Dewantara pernah berkata, “Dengan ilmu, kita menuju kemuliaan.” Ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya alat, tetapi juga jalan untuk memperbaiki kehidupan manusia secara utuh.

Dalam konteks kekinian, keyakinan terhadap ilmu juga tampak dalam berbagai bentuk, seperti mahasiswa yang menggunakan risetnya untuk memecahkan masalah sosial, pemuda yang mendirikan komunitas belajar di desa, bahkan seorang ibu rumah tangga yang terus belajar digital marketing demi membantu perekonomian keluarga semua itu adalah contoh bahwa ilmu  jika diyakini dan dijalani dengan sungguh-sungguh, akan melahirkan pribadi yang tangguh dan penuh manfaat. Namun tak cukup hanya percaya, keyakinan terhadap ilmu harus disertai dengan aksi nyata. Sebab ilmu tanpa amal hanyalah teori yang kosong. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Dengan demikian, ilmu seharusnya menjadi alat untuk memperbaiki, membangun, dan memberi solusi. Di sinilah pentingnya integrasi antara pengetahuan dan karakter. Seseorang yang yakin pada ilmu, akan merasa bertanggung jawab untuk menjadikan pengetahuannya sebagai jalan kebaikan. Ia tidak akan menggunakan ilmunya untuk menipu, memanipulasi, atau merugikan, melainkan untuk memperbaiki, membangun, dan memberi solusi.

Keyakinan terhadap ilmu juga membentuk cara pandang yang terbuka. Ia membuat seseorang tidak cepat puas, tidak mudah menghakimi, dan tidak sempit dalam berpikir. Orang yang berilmu akan lebih toleran, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih kuat dalam menghadapi tantangan. Ia tahu bahwa setiap masalah punya pendekatan ilmiah yang bisa ditemukan dan setiap perbedaan bisa dijembatani dengan pengetahuan. 

Lebih dari itu, keyakinan terhadap ilmu juga menyemai nilai-nilai kemanusiaan. Ilmu yang benar akan mendorong seseorang untuk peduli terhadap sesama, peka terhadap isu sosial, dan terdorong untuk memberi kontribusi. Di sinilah ilmu menjadi jalan menuju kebermanfaatan, bukan hanya sekadar gelar atau status sosial. 

Sebagai generasi muda, kita perlu menanamkan keyakinan terhadap ilmu sejak dini. Belajar bukan sekadar tuntutan, melainkan bagian dari proses pembentukan diri yang utuh. Dunia ini terlalu luas untuk dijelajahi tanpa ilmu, dan hidup ini terlalu berharga untuk dijalani tanpa memberi manfaat kepada sesama. Oleh karena itu, mari yakini bahwa dengan ilmu, kita bisa menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berdampak. Sebab ilmu pengetahuan mendorong kita untuk menjadi pribadi yang memberi arti, bukan hanya sekadar mengerti.

---

Penulis: Syifa Widianisa (Aspi 5B)